How To BDSM: Sebuah Pengantar Mendalam Ke Dunia Sensasi Dan Kontroversi In Five Easy Steps > 자유게시판

본문 바로가기

커뮤니티 Korea Sports Science Institute

How To BDSM: Sebuah Pengantar Mendalam Ke Dunia Sensasi Dan Kontroversi In Five Easy Steps

페이지 정보

작성자Damon Loy 작성일 24-03-24 조회수 105회

본문

BDSM: Sebuah Pengantar Mendalam ke Dunia Sensasi dan Kontroversi




BDSM, singkatan dari Bondage, Dominance/Discipline, Submission/Sadism, dan Masochism, merupakan subkultur yang telah menjadi subjek polemik dan penelitian selama bertahun-tahun. Dengan akarnya yang kuno dan berkembang menjadi fenomena adat istiadat yang rumit, BDSM memunculkan berjenis-jenis reaksi dari masyarakat umum, mulai dari penolakan sempurna sampai pemahaman yang mendalam.


Sejarah BDSM: Dari Kuno Sampai Modern

BDSM bukanlah fenomena baru. Praktik-praktik seperti perbudakan, sanksi jasmani, dan permainan kekuasaan sudah ada dalam sejarah manusia semenjak zaman kuno. Sebagai contoh, dalam kebudayaan Romawi kuno, kekerabatan dominasi dan submisi tak jarang kali terjadi dalam bentuk perbudakan seksual. Padahal berjenis-jenis praktik ini mempunyai akar sejarah yang panjang, istilah BDSM sendiri baru muncul pada abad ke-20.

Pada awal abad ke-20, figur-contoh seperti Marquis de Sade, seorang penulis Prancis yang familiar dengan karya-karyanya yang kontroversial, memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman awal seputar konsep-konsep yang berkaitan dengan BDSM. Kecuali itu, di era yang sama, Sigmund Freud memperkenalkan konsep sadisme dan masokisme sebagai komponen dari teori psikoanalisisnya.

Perkembangan lebih lanjut dari subkultur ini terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an di Amerika Serikat, ketika komunitas-kelompok sosial rahasia mulai terwujud di sekitar praktik-praktik BDSM. Selama periode ini, para pelaku BDSM mulai merumuskan kode etik dan regulasi-tata tertib yang menemani praktik-praktik mereka, serta mempersembahkan konsep-konsep seperti \"Safe, Sane, and Consensual\" (SSC) dan \"Risk-Aware Consensual Kink\" (RACK), yang menekankan pentingnya keselamatan dan persetujuan dalam segala interaksi BDSM.

Konsep-Konsep Dasar dalam BDSM

1. Bondage: Ialah praktik mengikat atau memegang gerakan seseorang menggunakan tali, rantai, atau bahan lainnya. Tujuan dari bondage dapat bervariasi, mulai dari estetika dan eksplorasi sensual sampai permainan kekuasaan.

2. Dominance and Submission (D/s): D/s melibatkan dinamika kekuasaan di antara pasangan, di mana satu pihak mengambil peran dominan (dom) sementara yang lainnya menjadi submisif (sub). Ini melibatkan hukum-peraturan yang disepakati dan permainan kekuasaan yang konsensual.

3. Sadism and Masochism (S&M): Sadisme merupakan kepuasan seksual yang didapatkan dari menyakiti atau mendominasi orang lain, sementara masokisme yakni kepuasan dari menerima rasa sakit atau penderitaan. Dalam konteks BDSM, kedua konsep ini dapat dijelajahi dengan persetujuan dan batasan yang jelas.

4. Consent: Persetujuan ialah pilar utama dalam praktik BDSM. Segala tindakan semestinya didasarkan pada kesepakatan yang jelas dan dikasih secara sukarela oleh semua pihak yang terlibat. Persetujuan ini semestinya bebas dari paksaan, tekanan, atau manipulasi.

Kontroversi dan Penafsiran Terhadap BDSM

Padahal praktik-praktik BDSM sudah berkembang dan diterima secara luas di antara kelompok sosial yang terlibat, masih ada banyak kontroversi yang mengitari subkultur ini. Salah satu kritik utama yakni bahwa BDSM melibatkan kekerasan dan penindasan, sedangkan pendorongnya menegaskan bahwa segala tindakan dilaksanakan dengan persetujuan dan kesadaran penuh dari semua pihak yang terlibat.

Sebagian juga kuatir bahwa praktik-praktik BDSM dapat memperkuat ketidaksetaraan gender dan menjadikan kesalahpahaman tentang apa yang sebetulnya sehat dalam kekerabatan seksual. Tapi, pensupport BDSM berargumen bahwa subkultur ini sesungguhnya mendorong komunikasi yang jujur ​​dan terbuka antara pasangan, serta pemberdayaan individu untuk mengeksplorasi dan mengungkapkan harapan mereka dengan aman.



BDSM adalah subkultur yang rumit, dengan akar sejarah yang panjang dan perkembangan modern yang terus berlanjut. Meski masih menghadapi banyak kontroversi, BDSM telah berkembang menjadi kelompok sosial yang terorganisir dengan baik, dengan prinsip-prinsip seperti keselamatan, kesadaran, dan persetujuan yang menjadi pertanda utama.

Penting untuk diingat bahwa praktik-praktik BDSM patut selalu dilakukan dengan persetujuan bebas dan sukarela dari segala pihak yang terlibat. Dengan memahami konsep-konsep dasar dan nilai-nilai yang mendasari subkultur ini, masyarakat bisa lebih terbuka kepada beraneka bentuk ekspresi seksual dan menyokong kebebasan individu untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka dengan aman dan sehat.

go top